Pada zaman pendudukan Jepang sekitar tahun 1940’an, rakyat sangat kekurangan makan, maka ditempat perempatan jalan desa sokawera, ada seorang yang bernama Nini Ardamenawi berjualan makanan apa adanya dari hasil kebun non-beras (Getuk Mawur, Lemet, Cingkik, Ciwel, Belondang, dan lainnya dari butin) dan laku sangat laris yang kemudian orang-orang disekitar desa sokawera (desa tanggeran, klinting, karangsalam, somagede, danaraja) yang mempunyai hasil kebun berlebih dijual ditempat tersebut.
Karena makin lama tempat itu makin ramai datanglah
pembeli-pembeli dari luar daerah untuk membeli atau magang dari hasil-hasil
kebun tersebut yaitu dari daerah sokaraja, kalibagor, banyumas, keroya. Karena
tempat itu, tempat untuk magang dagangan maka pasar itu disebut pasar magangan.
Dulu tempatnya selalu dipinggir jalan komplek
perempatan sokawera dan selalu berpindah-pindah. Kemudian berkembangnya zaman,
pada tahun 1972 oleh bapak kepala desa sokawera yaitu Bapak Wiryareja Gureng,
pasar yang berserakan ditepi jalan kemudian dibuatkan / dialihkan ke suatu
tempat yang sekarang ditempatkan menjadi pasar sokawera. Jadi pasar sokawera
berdiri sejak tahun 1940’an pada zaman pendudukan Jepang. Dan sekarang diberi
nama pasar sokawera. Dulu namanya pasar magangan sekarang pasar sokawera.
Kepala Pasar Bapak Jumian Wijaya dari tahun 2000-sekarang (2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar